Deso (baca: ndeso) itulah
sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, countrifield
dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat
mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus
menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia
menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan
mengalaminya.
Maka ia mulai
atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan
dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga terkagum-kagum sama
seperti dia. Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap
langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya
juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus
belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya
tidak jadi orang norak, kampungan alias deso. Doktrin syumuliayah yang selama
ini kita anut harus terus kita jadikan metode dalam memandang, menilai, serta
memutuskan sesuatu persoalan, sehingga tidak seperti memakai kaca mata kuda,
yang hanya mampu dilihat hanyalah yang ada dihadapannya.
Persoalanya
ketika nilai-nilai matrialisme masuk ke Indonesia begitu deras, maka
kenorak'annya pun ditandai dengan tekagum-kagumnya dengan materi, fasilitas
sarana kehidupan, kendaraan, gedung, pakaian, assesoris dan sebagainya.
Celakanya lagi hari ini symbol-simbol kemajuan materi ada di barat, maka
orang-orang yang deso alias norak akan sangat bangga kalau sudah dekat dengan
barat, bergaya barat, makan, minum, pakaian, pergaulan, cara pandang yang
kebarat-baratan.
Kalau sifat
deso ini melanda para da'I dan Aktivis, maka para Al-Mukarromuun itu dengan
sangat mudah mencari segudang ayat dan hadits untuk dapat membenarkannya,
jadilah da'I gaul, ustadz gaul, aktivis gaul yang dalam tanda petik. Sifat
ngekor, ngikut, nunut, manut, ngintil, jiplak barat yang berasas matrialisme
ini kemudian dikemas sedimikian rupa dengan hiasan ayat dan hadits, sehingga
menjadi begitu memukau dan begitu indah didengarnya.
Sementara
dibarat sendiri, sudah mulai banyak yang sadar bahwa mereka sedang terpuruk
akibat nilai materialisme, sebagian mereka ada yang lari ke bandul kanan esktrim
yaitu spiritual tanda petik, atau mereka mengembangkan faham humanis yang juga
tanda petik. Sedikitnya bisa saya rasakan ketika menyaksikan sendiri kehidupan
mereka.
Semua kampus
di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali Dekan atau bahkan Rektorpun ada
yang naik sepeda datang ke kampus. Sementara si Pemilik perusahaan Honda
tinggal di sebuah apartemen yang sederhana.
Ketika
beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka
menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kereta, sementara yang
akan di jemput pejabat Indonesia naik mobil dinas Kedutaan yaitu mercy. Ketika saya di Australia berkesempatan
melihat sebuah acara ceremoni dari jarak yang sangat dekat, dihadiri oleh
pejabat setingkat menteri, saya tertarik mengamati pada mobil yang mereka
pakai, Merk Holden baru tipe yang paling murah untuk ukuran Australia. Yang
menarik para pengawalnya tidak terlihat karena tidak berbeda penampilannya
dengan tamu-tamu , kalau tidak jeli mengamati gerak gerik mereka, kita tidak
tahu mana pengawalnya.
Di Sidney
saya berkenalan dengan seorang pelayan restoran Thailand. Dia seorang warga
Negara Malaysia keturunan cina, sudah selesai S3, sekarang lagi mengikkuti
program Post Doc, Dia anak serorang pengusaha yang kaya raya. Tidak mau
menggunakan fasilitas orang tuanya malah jadi pelayan restoran. Dia juga
sebenarnya dapat beasiswa dari perguruan tingginya. Ternyata orang yang model
begini buaanyak di sana.
Satu bulan
saya di Jepang tidak melihat orang pakai hp komunikator, mungkin kelemahan saya
mengamati. Dan setelah saya baca Koran ternyata konsumen terbesar hp
komunikator adalah Indonesia. Sempat berkenalan juga dengan seorang yang berada
di stasiun kereta di Jepang, ternyata dia anak seorang pejabat tinggi Negara,
juga naik kereta. Yang tak kalah serunya saya juga jadi pengamat berbagai jenis
sepatu yang di pakai masyarakat jepang ternyata wah ini yang deso siapa yaa,
karena ternyata sepatu saya lebih bagus dari rata-rata yang mereka pakai. Sulit
membedakan tingkat ekonomi seseorang di jepang atau di Australia, baik dari
penampilannya, bajunya, kendaraannya, makanannya, hobinya atau rumahnya. Kita
baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah tahu pekerjaan dan jabatanya
di perusahaan.
Bisa jadi
orang jepang akan pingsan kalo di ajak ke Pondok Indah melihat rumah segitu
gede dan mewahnya. Rata-rata rumah di jepang memiliki tinggi plafon yang bisa
dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. Sehingga duduknyapun banyak yang
lesehan.
Sampai akhir
hayatnya Rasulullah SAW tidak membuat istana Negara dan Benteng Pertahanan (
khandaq hanyalah strategi sesaat, untuk perang ahzab saja ), padahal Rasulullah
sudah sangat mengenal kemawahan istana raja-raja Negara sekelilingnya, karena
Beliau punya pengalaman berdagang. Ternyata Beliau tidak menjadi silau terus
ikut-ikutan latah ingin seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan
dilakukan ?, mengingat beliau sebagai kepala Negara. Jawabannya ya dimasjid.
Beliau punya
banyak jalan yang legal untuk bisa membangun istana. Waktu di mekkah nikah
dengan janda kaya, di Madinah jadi kepala Negara, punya hak prerogative dalam
mengatur harta rampasan perang, dan ada jatah dari Allah untuk depergunakan
sekehendak beliau, belum lagi hadiah dari raja-raja. Tetapi mengapa beliau
sering kelaparan, ganjal perut dengan batu, puasa sunnah niatnya siang hari,
shalat sambil duduk menahan perih perut dan seterusnya.
Ketika
indonesia sedang terpuruk, Hutang lagi numpuk, rakyat banyak yang mulai ngamuk,
Negara sedang kere, banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng dll,
Maka harga diri kita tidak bisa diangkat dengan medali emas turnamen olah raga,
atau sewa pemain asing, banyak ceremonial yang gonta-ganti baju seragam, baju
dinas, merek mobil, proyek mercusuar, gedung tinggi, lapangan golf, ITC, MALL,
TOS, Bar, Discotik Assesoris lux dan super mewah, Villa, Real Estate, dll, dsb,
dst.
Di Pancoran
mas Depok ada sekeluarga meninggal dunia karena makan ubi gadung, di Citayam
ada kebun singkong tiap malam hilang pohon hanya satu batang yang dicabut, setelah
diketahui ternyata tetangganya sendiri yang mencuri, diduga kuat hanya untuk
makan keluarga, di Jakarta Utara ada sekeluarga meninggal setelah makan ikan
hasil pancingan sang ayah, sekarang orang yang makan nasi aking sudah dianggap
biasa, apalagi ketemu tiwul dan gaplek alhamdulillah, belum lagi cerita mereka
yang masih tinggal di daerah pengungsian, sederet kepiluan yang bisa memakan
lembaran kertas, lebih panjang lagi bisa diceritakan.
Sekali lagi
bangsa ini tidak bisa diangkat harga dirinia hanya dengan symbol-simbol
kemewahan, bangunan mercusuar, seremonial basa-basi, serta berbagai aktivitas
pemborosan. Rakyat tidak akan kenyang dengan tumpukan medali hasil perolehan
berbagai turnamen, yang kenyang hanya pengurus olah raganya saja. Siapakah yang
bisa menikmati kalimat sakti "Keterbukaan" ???, Sementara sekian
banyak aktivis masih "tertutup" kesempatannya untuk menyekolahkan
anakknya di Sekolah Islam Terpadu, karena miskin. Sekian banyak kata tertutup
bisa kita daftar untuk si Grass root dan wong cilik.
Bangsa ini
akan naik harga dirinya kalau hutang sudah lunas, kelaparan tidak ada lagi,
tidak ada pengamen dan pengemis, tidak ada lagi wanita tidak solat (WTS) ,
angka criminal rendah, korupsi berkurang, punya posisi tawar terhadap kekuatan
global.
Maka tidak
mungkin kerisis bangsa bisa diselesaikan jika kita masih deso, kata
"krisis" diucapkan ribuan kali, bak orang awam lagi berzikir,
sementara kata itu tidak dijadikan sebagai paradigma dalam menyusun APBD dan
APBN. Nah karena yang menyusun orang-orang norak, maka asumsi dan paradigma
yang dipakai dalam menusun APBD dan APBN adalah paradigma negara normal atau
bahkan mengikuti negara maju.
Bayangkan ada
daerah yang menganggarkan Sepak Bola sebaesar 17 Milyar sementara anggaran
kesranya cuma 100 juta, wiiieh!.. Masih ingat sejarah jas bupati 600 juta dan
perawatan mobil dinas 2 milyar..? Aneh tapi nyata itulah Indonesia
Penyelewengan
dalam hal keuangan Pak Harto dimulai ketika setelah 18 tahun jadi penguasa.
Sebelumnya masih dianggap bersih. Sekarang kalau ada seorang pejabat Negara
baru 3 tahun menjabat sudah bisa mengoleksi mobil mewah, rumah mewah, assesoris
mewah, bisa dipastikan kalau dia menjabat sampai 32 tahun, maka jauh akan
melebihi rekor Pak Harto.
Bisa
dibayangkan kalo semua orang berfikir ingin punya pesawat pribadi, sehingga
tidak berfikir lagi bagaimana transportasi publik terjangkau seluruh
masyarakat. Kalau semua orang berfikir harus punya pesantren sendiri sehingga
tidak ada lagi yang berfikir bagaimana caranya pendidikan terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat. Semua orang berfikir punya ini dan itu pribadi sehingga
tidak bisa berfikir bagaimana caranya ini dan itu bisa dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat. Bisa saya pastikan akan hancur sehancurnya Negara ini.
Sadarkah bahwa itu adalah pikiran Kapitalisme???
Akhirnya
penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat mengerikan di negeri ini dari atas
sampai bawah :
Orang
bisa antri raskin sambil pegang hp.
Pelajar
bisa nunggak SPP sambil merokok.
Orang
tua lupa siapkan SPP, karena terpakai untk beli TV dan kulkas.
Orang
kampung mabuk, uangnya hasil patungan, sementara Orang bule mabuk kelebihan
uang.
Lagi
mabuk muntah keluar kangkung, genjer toge.
Pengemis
bisa pake walkman atau MP3 sambil goyang kepala
Para
Pengungsi bisa berjoged dalam tendanya.
Orang
mau membeli Gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah.
Ijzah
S3 luar negeri bisa di beli sebuah rumah petakan gang sempit di Cibubur
Kelihatannya
orang sibuk ternyata masih intensive keluar masuk Mc Donald.
Kelihatannnya
orang penting, ternyata sangat tahu detail dunia persepakbolaan Jadi masih
sempat ngurusin kulit bulat diisi angin
Kelihatan
seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin hp.
62
tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk saja.
Agar
rakyat tidak kelaparan maka para pejabatnya dansa dansi diacara tembang
kenangan.
Ada
3000 Tim Nasyid yang terdaftar, tapi belum pernah dengar ada Tim Riset dan
Penlitian dari aktivis.
Agar
kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor.
Agar
masyarakat cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan wakuncar.
Agar
bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan.
Agar
kelihatan inklusif maka harus bisa menggandeng siapa saja, kalo perlu jin
tomang bisa digandeng.
Tinggal cari
dalil "Khootibun Naas 'alaa qudri 'Uqulihim", maka kita bisa ikuti
trend apa saja yang ada di masyarakat. Apalagi kalo dipakai dalil
"Al-harbul Khud'ah" maka sudah tidak diperlukan lagi halal dan haram.
Yang lebih mengerikan adalah
supaya kita tidak terlihat kere, maka harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah
kalo si kere tidak tahu dirinya kere.
Ada jurus
sakti yang biasanya dipakai untuk meredam berbagai gejolak. Yaitu sebuah
kalimat "Inikan sudah keputusan Syuro!" Entah sudah berapakali jurus
itu digunakan. Dan hasilnya memang cukup efektif, alhamdulillah kita menjadi
tenang lagi. Toh kalau ijtihadnya keliru masih dapat satu pahala. Tulisan ini
bukan untuk menimbang dan menilai benar tidaknya sebuah hasil ijtihad, tentu
sangat tidak levelnya saya seorang diri yang awam dibanding para masyaikh yang
jumlahnya banyak.
Sekedar
menuntut kejujuran sebuah kata yang terlanjur digulirkan yaitu:
"Keterbukaan". Sebuah kata yang sangat indah menjadi dagangan
politik, walaupun belum tentu laris seperti yang pernah di perdagangkan oleh
Amin Rais, yang ternyata kurang laris.
Betulkah kita
sudah siap "terbuka" ?. Betulkah kata itu serius kita ucapakan..?
bukan basa basi..? atau trik-trik politik..? Apakah kata "Terbuka"
memang sebagaimana arti bahasa Indonesia..? bukan mengandung konotasi tertentu
seperti menjaring non muslim..? Keseringan prinsip "Khud'ah"
digunakan dikhawatirkan menjadi habit yang juga bisa menipu kadernya sendiri.
Nauzubillah..!
Kita
masih punya secercah harapan jika keterbukaan yang dimkasud menurut bahasa
Indonesia, bukan konotasi lain. Terbayang oleh saya nantinya kita akan semakin
erat dalam berukhuwwah, karena diantara kuncinya adalah saling mengenal dan
memahami, itu bisa terjadi kalo ada "keterbukaan" baik dari atas
kebawah maupun sebaliknya, sehingga tidak ada lagi dusta diantara kita.
Diantara
keterbukaan itu adalah pengelolaan keuangan, baik sumber pemasukannya maupun
penggunaannya. Sekedar ingin mengetahui landasan syar'I terutama dalam
penggunaannya dan prosentasi pembagian kebawah seperti Rasulullaah mengutus
Muadz bin Jabal ke Yaman. Kalau yang selalu jadi alasan kebutuhan diatas sangat
banyak dan tidak mencukupi dari pemasukan yang ada, maka itu bukan alasan
syar'I, tapi programnya yang tidak disesuaikan dengan kadar kemampuan. Di semua
lini sampai ke bawah pun punya alasan yang sama nantinya.
Kalau
alasanya diatas lebih penting dari yang dibawahya okelah kita terima, tapi yang
dibawah jangan dijadikan ujung tombak lagi, dimana-mana yang namanya ujung
tombah lebih besar dari batangnya, agar ketika dilempar meluncurnya lurus tepat
sasaran, tidak melayang. Sangat aneh kalau ujung tombaknya kurus kerempeng
tidak punya dana untuk rekruitmen. Akhirnya pada melayang dan sempoyongan.
Keterbukaan
berikutnya adalah akses buat grass root dan wong cilik terutama kader kita
sendiri untuk bisa turut mencicipi berbagai fasilitas yang sudah kita miliki,
Seperti sekolah terpadu, lembaga keuangan, fasilitas diklat, mobil, villa dan
sebagainya, sekali lagi sekedar bisa mencicipi.
Ironis
sekaligus miris kalau sekolah-sekolah terpadu masih "tertutup" buat kader-kader
Dhu'afa. Menyedihkan kalau ada panitia pelatihan kesulitan cari mobil karena
kekurangan dana, sementara banyak mobil parkir seharian di SDIT, SMPIT dan
IT-IT yang lain, sementara sang sopir main catur atau karambol sambil menunggu
anak boss pulang sekolah.
Perlu
dikasihani juga kalau ada pelatihan disebuah villa sederhana dg jumlah pesarta
150 orang, Cuma ada dua Kamar Mandi, karena tidak cukup dana untuk sewa yang
lebih dari itu. Jangankan mandi buang air saja ada yang ditahan, atau pagi-pagi
pergi kesungai. Sementara mereka melihat dengan google nun jauh disana, hotel
tempat Al-Mukarromuun sedang bermusyawarah. Pikiran saya menerawang seandainya
biayanya untuk beli cendol maka cukup untuk menutup danau toba, atau membeli
kerupuk maka monas keurug habis. (maaf ini bukan mendramatisir), sampai dengan
tulisan ini dibuat masih ada pelatihan-pelatihan yang sarananya sangat minim.
Keterbukaan berikutnya adalah
akses informasi sumber dana bagi kader-kader barisan terdepan yang sering
jungkir balik menyelenggarakan berbagai jenis pelatihan untuk rekruitmen
terutama dilapisan bawah, baik itu remaja masjid, rohis sekolah dan kampus, dan
lain-lain. Ada komentar yang sangat membuat dada sesak ketika saya coba
perbincangkan tentang keadaan ini kepada salah seorang teman, dengan ringan
teman saya menjawab "salahnya panitia tidak kreatif mencari dana" ,
tanpa bertanya lebih dahulu sudah sejauh mana usaha panitia.
Aneh kalau
kita bisa keluarkan uang untuk sepanduk, baliho, stiker dan sejenisnya dengan
jumlah yang aduhai sementara untuk membeli nasi bungkus ala warteg untuk
peserta pelatihan panitia harus jungkir balik mencarinya. Ada keluarga yang
begitu mudah dan seringnya keluar masuk supermarket, Mall, ITC hotel
berbintang, sementara di pihak lain ada anak-anak aktivis yang kurang mampu
tidak bisa masuk sekolah-sekolah terpadu bersama anak aktivis lainnya.
Berlebihankah
saya dalam mengungkapkan ..? bagi yang jarang naik angkot dan kereta
jabodetabek, sementara pemantauan hanya berasal dari kertas-kertas laporan yang
suasananya dibuat persaingan menjadi yang terbaik, kunjungan-kunjungannyapun
dengan protokoler, membuat panitia ingin berpenampilan keren, Maka boleh jadi
menganggap ungkapan saya berlebihan. Tapi bagi yang sama sama mau turun dari
menara gading ke bawah, mau bergaul tanpa protokoler, boleh jadi ini hanya
bagian kecil kepiluan yang baru dapat saya rekam.
Kita sudah
terlatih menjaga kebersihan hati dari sifat hasad, apalagi ketika melihat
saudara kita punya fasilitas yang lebih, Alhamdulillah mudah-mudah kita turut
menikmatinya. Kitapun percaya dengan taqdir bahwa Allah yang menetapkan rizki
kepada seseorang berbeda-beda. Kita pun sudah terlatih untuk berqona'ah,
menikmati apa yang sudah Allah SWT berikan kepada kita. Kalau ada saya yakin
itu hanya kasus, tidak mungkin hanya karena itu membuat kita jadi
gonjang-ganjing. Telah terjadi kesenjangan yang sangat mencolok, antara
kehidupan beberapa saudara kita dengan program dan aktivitas yang menjadi
prioritas dan ungulan kita sendiri, bahkan kita sebut sebagai ruuh jama'ah ini,
terutama aktifitas rekruitmen dilapisan paling bawah. Yang kita persoalkan
adalah berbagai jargon yang sering kita kumandangkan yaitu kata
"Tarbiyah" dan "Dakwah", bahkan ini menjadi amanah munas
nomor satu. Betulkah ini sudah menjadi kebijakan yang sistemik dan Integral
sampai kebawah berikut dukungan kebijakan infra dan supra struktur sampai pada
kebijakan anggaran dan pendanaannya..?
Mari terbuka,
lihat apa yang terjadi di kampus turun kebawah, lihat langsung, jangan pake
protokoler, cari data second opinion..lihat pula aktivitas tarbiyah di lapisan
bawah lainnya. Kalau masih tidak percaya maka saya serahkan sepenuh kepada
Allah SWT.
Ya Allah
hanya kepadamu saya mengadu dan saya meminta. Berilah petunjuk kepada kami agar
kami mampu melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi dihadapan kami. Ya
Allah berikan kami kemudahan untuk membaca realitas yang sesungguhnya dalam
problem da'wah kami, sehingga kami bisa mengambil keputusan yang
sebijak-bijaknya.
Ya Allah
Hancurkan dan singkirkan dari hadapan kami teori Karl Marx yang berpendapat
bahwa "Agama adalah alat ekspoitasi dan penindasan, sementara tokoh
agamanya adalah sebagai penghisap". Jauhkan teori itu dari aktivitas kami
ya Allah.., sehingga da'wah kami menjadi Rahmatan lil 'Alamin, bisa menyentuh
dan menyantuni semua lapisan masyarakat.Ya Allah lembutkan hati kami, sehingga
kami punya rasa sensitivitas terhadap berbagai gejala dan gejolak yang ada dihadapan kami, serta kami
ingin punya kepekaan yang tinggi terhadap berbagai persoalan yang menimpa
saudara-saudara kami.
Ya Allah
berikan kekuatan kepada kami untuk dapat berbicara kepada siapapun yang kami
hadapi tanpa rasa takut dan sungkan, hiasi pula kami dengan akhlaq yang baik
sehingga kami tahu cara dan jalan yang beradab, serta saluran yang benar ketika
kami ingin berbicara memberikan masukan dan saran.
Ya.. Allaah
tundukan serta jinakkan hati kami, perbaiki silaturahiim diantara kami,
tunjukan kami jalan-jalan keselamatan, selamatkan kami dari tempat yang gelap
ketempat yang penuh cahaya, singkirkan kami dari perbutan yang keji baik yang
tampak atau yang tidak tampak.
Ya.. Allah
berikan kepada kami keterampilan dalam melangkah, kecantikan dalam mengatur
strategi, kejujuran dalam bersiasat, jauhkan kami dari trik-trik yang menimbulkan
intrik, kasak-kasuk yang membuat busuk, lobi-lobi yang menjual harga diri
kepada orang-orang yang Phoby, rekayasa yang membuat gelisah.
Ya.. Allah
Engkau Maha mengetahui apa yang dalam hati kami. Oleh karena itu ya Allah..
Luruskanlah orientasi hidup kami semata-mata ingin mencari RidhoMu. Bersihkan
perjuangan kami ya Allah dari berbagai kotoran yang menjermuskan kami, berikan
kekuatan kepada kami untuk tetap Istiqomah dalam menapaki jalan da'wah ini.
Amiien ya Robbal 'Alamien.
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. 3:185)
Dan di antara
manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah
penantang yang paling keras. (QS. 2:204)
Dan tiadalah
kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah
kamu memahaminya! (QS. 6:32)
Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanam-tanaman di bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang
ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya,
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami
jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan
tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir. (QS. 10:24)
Oleh andrea Rhapsody
0 komentar
Posting Komentar