Sewaktu saya SMP
dulu ada serombongan pendakwah dari Pakistan -kalau tak salah- berkunjung ke
masjid di dekat saya. Mereka adalah pengikut tarekat yang punya amalan
berdakwah keliling paling tidak sekali dalam setahun.
Pertemuannya
singkat, namun pesannya terus teringat hingga kini. Dengan bahasa arab yang
kemudian diterjemahkan pendampingnya dia menyampaikan bahwa hidup itu ibarat
menanti kelahiran bayi dalam rahim.
Jabang bayi di
dalam rahim diberi kesempatan selama sembilan bulan untuk tumbuh sempurna.
Setelah itu tibalah masa dia untuk lahir. Apabila selama di kandungan proses
tumbuhnya terganggu - misalnya anggota tubuhnya tidak tumbuh normal - maka
ketika dia lahir tak lagi ada kesempatan baginya untuk kembali ke dalam rahim
ibunya guna memperbaiki pertumbuhan yang tak sempurna itu.
Begitu pula dengan
hidup. Waktu yang singkat ini apabila tidak dipergunakan sebaik-baiknya untuk
menyempurnakan amalan, maka bila telah tiba kematian takkan ada lagi kesempatan
untuk kembali memperbaikinya. Apabila cacat amalannya, maka cacatlah sepanjang
kehidupan akhiratnya.
Bagaimana dengan
kepercayaan yang meyakini reinkarnasi? Saya pernah membaca petuah dari seorang
Budha bahwa kesempatan untuk menjadi manusia itu datangnya mungkin setelah
ribuan tahun proses reinkarnasi. Menjadi manusia adalah langkah terakhir
sebelum mencapai kesempurnaan. Bila saat menjadi manusia itu tidak dimanfaatkan
dengan baik, maka jiwa tersebut akan kembali mengulangi proses reinkarnasinya hingga
ribuan tahun sebelum diberi kesempatan kembali menjadi manusia.
Mana yang Anda yakini sama saja. Bila kita sia-siakan kesempatan yang kali
ini diberikan, maka bagi seorang muslim takkan ada lagi kesempatan berikutnya,
seperti halnya bayi yang telah lahir tak dapat kembali masuk ke dalam rahim
ibunya.
by : Andrea Rhapsody
0 komentar
Posting Komentar