Kamis, 29 Maret 2012
Pemikiran Ala Karl Marx
Perkembangan filsafat saat ini tidak dapat dipungkiri. Berawal dari filosof beraliran klasik seperti Socrates, Aristoteles, Hipokrates, dan filosof yang beraliran ilmu alam menyebabkan munculnya para filosofis yang mengkaji ilmu sosial. Karl Marx sosok manusia yang tempramennya tidak mau diatur, jorok, dan acak-acakan. Tempramennya itu tidak dapat hilang dan terbawa hingga dewasa. Munculnya ia telah melahirkan beberapa tokoh filosof yang beraliran sosialisme. Bahkan teorinya di bidang sosial dan politik telah mendapat respon oleh pemikir lainnya.
Tidak disadari hadirnya Karl Marx menimbulkan ajaran-ajaran seperti Komunisme, Marxisme dan Leninisme yang berdampak di Indonesia. Pelarangan ajaran komunisme, marxisme, dan leninisme seperti peristiwa berdarah 1965 di seluruh Indonesia, menumpahkan banyak darah, air mata, dan kepedihan. Ada banyak anak yang kehilangan ibu, isteri kehilangan suami, bapak kehilangan puteri dan seterusnya, karena “dipertautkan” dengan segala sesuatu yang “dipersangkakan” sebagai marxisme, leninisme atau komunisme tersebut.
Pelarangan itu, jika direnungkan, juga telah membawa dampak dalam pergerakan sosial. Dengan pudarnya kelompok sosial yang mendasarkan teori sosialnya pada marxisme, kalangan islam, nasionalis dan berbagai kelompok lain, kehilangan mitra dialog yang tajam dalam memikirkan ideologi dan berbagai perubahan sosial yang dicita-citakan, misalnya yang menyala pada dasawarsa sebelum dan sesudah kemerdekaan. Kini, pemikiran sosial tampak terasa tumpul dan kering.
Istilah marxisme sendiri yang tertulis di buku ini sebutan bagi pembakuan ajaran Karl Marx yang dilakukan oleh Friedrich Engels dan Karl Kautsky. Dalam pembakuan itu, terjadi penyedehanaan-penyederhanaan terhadap pemikiran Karl Marx yang sebenarnya sangat ruwet, agar sesuai dengan ideologi perjuangan kaum buruh.
Baik ajaran komunisme atau “Marxisme-Leninisme” dan Marxisme yang dirumuskan Engels dan Kautsky, oleh banyak pengamat dianggap menyimpang dari apa yang dimaksudkan Marx sendiri. Bahkan Marx sendii berucap “Yang saya tahu, saya bukan Marxis”.
Jiwa revolusioner Marx dan ketidakmampuan melihat penderitaan manusia melahirkan sebuah peryataan pada hakikatnya yang membuat manusia menjadi homohumanis adalah kerja. Dengan bekerja manusia mencapai kenyataan sepenuh-penuhnya dan dalam aktivitas bekerja pula manusia mengadakan diri tidak seperti dalam keadaan kesadaran secara intelektual, melainkan secara berkarya senyatanya, sehingga ia memandang dirinya sendiri dalam dunia yang diciptakan sendiri. Marx mencitrakan manusia ke dalam posisi emansipatoris, hal demikian berarti ia menghilangkan segala sesuatu yang menghalang-halangi manusia secara positif menghumanisasikan manusia. Untuk mencapai kodratnya sebagai makhluk tertinggi maka kondisi objektif dari keadaan materi manusia harus tetap menjadi faktor dominan berhadapan dengan kesadaran.
Pemikiran Karl Marx yaitu filsafat materialisme memperlihatkan adanya keterhubungan dengan dengan materialisme lama. Sumbangan yang diberikan Karl Marx adalah, materialismenya mengarah kepada keterlibatan manusia sebagai subjek kesadaran. Marx berhasil mengatasi materialisme dualistis yang disebutnya vulgar serta materialisme mekanistis abad 18, namun tesis Marx menjadi berat sebelah ketika mereduksikan seluruh ketergantungan manusia pada alam materi.
Karl Marx berfilsafat materialisme dialektis berawal dari tesis dan ia berusaha menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan kuantitas benda akan melahirkan sebuah perbedaan-perbedaan ke tingkat kualitas. Tesis yang ditulis Karl Marx mengungkapkan pula bahwa ide hanyalah fungsi dari materi yang kompleks, fungsi ini mendapatkan tempatnya dalam kehidupan sosial manusia. Karena diacu sebuah tesis dasar bahwa kehadian manusia tidak ditentukan oleh kesadarannya, tetapi lebih ditentukan oleh percaturannya dalam pengalaman material. Disinilah faktor pentingnya hubungan antara manusia dan alam yang diungkapkan Marx dalam karya ini.
Buku ini mengajak berpikir secara filosofis ala Karl Marx, yang didalamnya terdapat Filsafat Materialisme Dialektis maupun Materialisme Historis yang senantiasa menekankan faktor manusia. Panggilan dan renungan humanisme yang terdapat pada buku ini menjadi bopeng ketika penyadaran etis yang dianjurkan harus diselesaikan lewat cara-cara revolusi dan kekerasan, yakni pertentangan yang justru merusak citra kemanusiaan. Dan perlu dicatat buku ini menjadi pengantar kepada pemikiran Karl Marx yang lebih luas.
Andrea Rhapsody
Diposting oleh
Kehadiran Makna'' Dalam Jiwa
di
07.24
Part Of Me
- Kehadiran Makna'' Dalam Jiwa
- mungkin diri ini tidaklah sesempurna apa yang kalian pikirkan dan bayangkan apalagi yang telah kalian definisikan tentang bagaimana kekhilafan diri ini tapi bagaimanapun ane selalu ingin menjadi yang terbaik at leas bisa membuat orang sekitar senang dengan keberadaan itu udah cukup ! and no matter what happend i will always remember who you are ! buddy !
>> <<
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar
Posting Komentar